Kapal Perang KRI Frans Kaisiepo (368) yang dikomandani Letkol Laut (P) Wasis Priyono merupakan Kapal korvet keempat atau yang terakhir dipesan oleh pemerintah Indonesia dari galangan kapal Schelde Naval Shipbuilding, Belanda.
Kapal ini memiliki dimensi berat 1.692 ton dengan panjang 90,71 meter dan lebar 13,02 meter. Kapal korvet sigma generasi keempat itu mampu melaju dengan kecepatan maksimal 28 knot.
Kapal korvet canggih ini memiliki beberapa kelebihan dan sistem persenjataan yang cukup handal. Mampu melakukan operasi secara terus menerus selama 20 hari dengan kecepatan rata-rata 18 knot. Persenjataannya dilengkapi dengan misil penangkis serangan udara 2 kali Quad MBDA Mistral TETRAL. Anti-surface missile 4 kali MBDA Exocet MM40 Block II dan senjata Oto Melara kaliber 76 milimeter dan ditambah dengan sistem komputerisasi.
Untuk nama KRI Frans Kaisiepo sendiri diambil dari nama seorang pahlawan nasional Indonesia dari Papua yang lahir di Wardo, Biak, Papua pada tanggal 10 Oktober1921 dan wafat pada tanggal 10 April1979. Frans terlibat dalam konferensi Malino (1946) yang membicarakan mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Ia mengusulkan nama Irian, yang berasal dari bahasa Biak yang berarti beruap. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua periode 1964 sampai dengan 1973. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Papua Barat.
KRI Frans Kaisiepo nantinya akan bertugas menjaga kedaulatan NKRI. Mengamankan NKRI dari gangguan-gangguan yang berasal dari dalam maupun luar, serta penjagaan hasil kandungan bahari NKRI . Kapal perang ini akan di tugaskan di Komando Armada Timur ( Koarmatim) yang belokasi di Surabaya. Seperti ketiga kapal perang sebelumnya yang telah terlebih dahulu bergabung dengan Koarmatim. Kapal yang pertama kali bergabung adalah KRI Diponegoro (365), di susul oleh KRI Sultan Hasanuddin (366) dan kapal ketiga adalah KRI Sultan Iskandar Muda (367).