09 Juli 2009

KRI NALA - 363



KRI Nala (363) merupakan kapal ketiga dari kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali kelas Fatahillah milik TNI AL yang dibuat oleh galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda pada tahun 1980 khusus untuk TNI-AL.

Kapal perang ini memiliki berat 1.450 ton. Dengan dimensi 83.85 meter x 11.1 meter x 3.3 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel jelajah bertenaga 8.000 bhp dengan kecepatan jelajah 21 knot dan 1 booest gas turbine dengan22.360 shp yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 30 knot.


KRI Nala di komandani oleh seorang perwira berpangkat Letnan Kolonel yaitu Letkol Laut (P) Ermawan Susilo yang membawahi 82 prajurit . Kapal ini bertugas sebagai armada pemukul dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara. Kelebihan Kri Nala dari dua kapal Fregat sejenis terletak pada buritan terdapat helly deck untuk satu helikopter। Helikopter yang sebelumnya adalah Westland Wasp HAS 1 (kini pensiun) dengan fungsi sebagai heli anti kapal selam. Sekarang mungkin digantikan dengan NBO-105.


Termasuk dalam kelas Fatahillah bersama KRI Nala antara lain KRI Fatahillah (361), dan KRI Malahayati (362).


KRI Nala dilengkapi dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk mengawal dan menjaga wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk di antaranya adalah :

  1. 4 peluru kendali permukaan-ke-permukaan Aerospatiale MM-38 Exocet dengan jangkauan maksimum 42 km, berkecepatan 0,9 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 165 kg.
  2. 1 meriam Bofors 120/62 berkaliber 120 mm (4.7 inci) dengan kecepatan tembakan 80 rpm, jangkauan 18.5 km dengan sistem pemandu tembakan Signaal WM28.
  3. 2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20 mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 km untuk target udara.
  4. Mortir anti kapal selam Bofors 375 mm laras ganda

Selain itu KRI Nala dilengkapi dengan radar Racal Decca AC 1229 untuk surface search dan Signaal DA 05 untuk air and surface search. Serta pemandu tembakan Signaal WM 28. Sistem sonarnya menngunakan Signaal PHS 32 (Hull Mounted). Sistem pengecoh menggunakan 2 Knebworth Corvus 8-tubed launchers dan 1 T-Mk 6 torpedo decoy

KRI MALAHAYATI - 362

KRI Malahayati (362) merupakan kapal kedua dari kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali kelas Fatahillah milik TNI AL. Dinamai menurut Malahayati, salah seorang Laksamana wanita. KRI Malahayati merupakan sebuah fregat yang dibuat oleh galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda pada tahun 1980 khusus untuk TNI-AL.


Kapal perang ini memiliki berat 1.450 ton. Dengan dimensi 83.85 meter x 11.1 meter x 3.3 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel jelajah bertenaga 8.000 bhp dengan kecepatan jelajah 21 knot dan 1 boost gas turbine dengan22.360 shp yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 30 knot. Diawaki oleh maksimal 82 pelaut.

Bertugas sebagai armada pemukul dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara.


Termasuk dalam kelas Fatahillah bersama KRI Malahayati antara lain KRI Fatahillah (361), dan KRI Nala (363).


Komandan KRI Malahayati sekarang diduduki oleh Letkol Laut (P) Eko Wahyono yang sebelumnya bertugas di Komando Pengembangan Pendidikan TNI Angkatan Laut (Kobangdikal) menjabat sebagai Komandan Sekolah Komunikasi. Menggantikan Letkol Laut (P) Rahmad Jayadi yang akan menduduki jabatan barunya sebagai Pabanren Sops Koarmatim


KRI Malahayati dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk mengawal wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah :


  1. 4 peluru kendali permukaan-ke-permukaan [Aerospatiale]] MM-38 Exocet dengan jangkauan maksimum 42 Km, berkecepatan 0,9 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 165 Kg.
  2. 1 meriam Bofors 120/62 berkaliber 120mm (4.7 inchi) dengan kecepatan tembakan 80 rpm, jangkauan 18.5 Km dengan sistem pemandu tembkan Signaal WM28.
  3. 2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 KM untuk target udara.
  4. 12 torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3 tabung) dengan jangkauan 11 Km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg. Berkemampuan anti kapal selam dan kapal permukaan.
  5. Mortir anti kapal selam Bofors 375mm laras ganda.

KRI Malahayati dilengkapi radar Racal Decca ARPA BridgeMaster250 untuk surface search dan Signaal DA 05 untuk air and surface search. Radar pemandu tembakan Signaal WM 28. Sistem sonarnya menggunakan Signaal PHS 32 (Hull Mounted). Sistem pengecoh menggunakan 2 Knebworth Corvus 8-tubed launchers dan 1 T-Mk 6 torpedo decoy. Electronic Support Measures (ESM) dari tipe DR-3000 (Dalam proses pemasangan) menggantikan Susie yang telah uzur. Pemandu tembakan optronik dari jenis Liod Mk1.




08 Juli 2009

KRI FATAHILLAH - 361




KRI Fatahillah (361) merupakan kapal pertama dari kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali kelas Fatahillah milik TNI AL. Dinamai menurut Fatahillah, salah seorang Pahlawan Nasional yang berjasa merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis dan menamainya Jayakarta. Tanggal kemenangan tersebut saat ini menjadi tanggal lahir kota Jakarta.

KRI Fatahillah merupakan sebuah FREGAT yang dibuat oleh galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda pada tahun 1979 khusus untuk TNI-AL. Bertugas sebagai armada pemukul dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara.

Termasuk dalam kelas Fatahillah antara lain KRI Malahayati (362), dan KRI Nala (363).

KRI Fatahillah yang dikomandani Letkol Laut (P) Kisdianto. kapal ini memiliki berat 1,45 ton dan berdimensi 83,85 meter x 11,10 meter x 3,30 meter. Dua mesin diesel jelajah bertenaga 8.000 bhp dengan kecepatan jelajah 21 knot dan 1 boost gas turbine dengan 22.360 shp yang sanggup mendorong hingga kecepatan 30 knot melengkapi kapal berawak maksimal 82 pelaut ini.

Persenjataan

KRI Fatahillah dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk mengawal wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah :

  1. 4 peluru kendali permukaan-ke-permukaan Aerospatiale MM-38 Exocet dengan jangkauan maksimum 42 Km, berkecepatan 0,9 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 165 Kg.
  2. 1 meriam Bofors 120/62 berkaliber 120mm (4.7 inchi) dengan kecepatan tembakan 80 rpm, jangkauan 18.5 Km dengan sistem pemandu tembkan Signaal WM28.
  3. 2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 KM untuk target udara.
  4. 12 torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3 tabung) dengan jangkauan 11 Km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg. Berkemampuan anti kapal selam dan kapal permukaan.
  5. Mortir anti kapal selam Bofors 375mm laras ganda.

Sensor dan elektronis

KRI Fatahillah diperlengkapi radar Racal Decca AC 1229 untuk surface search dan Signaal DA 05 untuk air and surface search. Serta pemandu tembakan Signaal WM 28. Sistem sonarnya menngunakan Signaal PHS 32 (Hull Mounted). Sistem pengecoh menggunakan 2 Knebworth Corvus 8-tubed launchers dan 1 T-Mk 6 torpedo decoy



KRI FRANS KAISIEPO - 368




Kapal Perang KRI Frans Kaisiepo (368) yang dikomandani Letkol Laut (P) Wasis Priyono merupakan Kapal korvet keempat atau yang terakhir dipesan oleh pemerintah Indonesia dari galangan kapal Schelde Naval Shipbuilding, Belanda.

Kapal ini memiliki dimensi berat 1.692 ton dengan panjang 90,71 meter dan lebar 13,02 meter. Kapal korvet sigma generasi keempat itu mampu melaju dengan kecepatan maksimal 28 knot.


Kapal korvet canggih ini memiliki beberapa kelebihan dan sistem persenjataan yang cukup handal. Mampu melakukan operasi secara terus menerus selama 20 hari dengan kecepatan rata-rata 18 knot. Persenjataannya dilengkapi dengan misil penangkis serangan udara 2 kali Quad MBDA Mistral TETRAL. Anti-surface missile 4 kali MBDA Exocet MM40 Block II dan senjata Oto Melara kaliber 76 milimeter dan ditambah dengan sistem komputerisasi.


Untuk nama KRI Frans Kaisiepo sendiri diambil dari nama seorang pahlawan nasional Indonesia dari Papua yang lahir di Wardo, Biak, Papua pada tanggal 10 Oktober1921 dan wafat pada tanggal 10 April1979. Frans terlibat dalam konferensi Malino (1946) yang membicarakan mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Ia mengusulkan nama Irian, yang berasal dari bahasa Biak yang berarti beruap. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua periode 1964 sampai dengan 1973. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Papua Barat.


KRI Frans Kaisiepo nantinya akan bertugas menjaga kedaulatan NKRI. Mengamankan NKRI dari gangguan-gangguan yang berasal dari dalam maupun luar, serta penjagaan hasil kandungan bahari NKRI . Kapal perang ini akan di tugaskan di Komando Armada Timur ( Koarmatim) yang belokasi di Surabaya. Seperti ketiga kapal perang sebelumnya yang telah terlebih dahulu bergabung dengan Koarmatim. Kapal yang pertama kali bergabung adalah KRI Diponegoro (365), di susul oleh KRI Sultan Hasanuddin (366) dan kapal ketiga adalah KRI Sultan Iskandar Muda (367).


07 Juli 2009

KRI SULTAN ISKANDAR MUDA - 367




Kapal perang KRI Sultan Iskandar Muda (367) merupakan kapal generasi ketiga dari empat unit yang dibangun di negeri Kincir Angin Belanda, kapal ini merupakan tipe Corvet jenis SIGMA Class (Ship Integritet Geometrical Modullarity Approach) merupakan kapal perang yang berteknologi mutahir yang dilengkapi dengan berbagai persenjataan diantaranya 4 Blok peluncur Rudal Exocet MM-40, 1 buah meriam otomelara, persenjataan anti serangan udara, dan persenjataan anti kapal selam. Selain itu kapal ini mempunyai keunggulan dibanding dengan kapal lainnya yang mampu menerobos gelombang dengan tingkat keseimbangan yang tinggi.

KRI Sultan Iskandar Muda dikomandani oleh Letkol Laut Ariyanto Condro Wibowo, dan bertugas di Jajaran Komando Armada Timur (Koarmatim) yang berkedudukan di Surabaya, Jawa Timur. Kapal Perang ini bertugas sebagai kapal patroli pengaman NKRI dari gangguan-gangguan dari luar maupun dalam, serta penjagaan hasil kandungan bahari NKRI .

KRI Sultan Iskandar Muda merupakan pelengkap bagi jajaran NKRI yang membuat semakin bertambahnya pertahanan RI dan dapat terjaga seutuhnya Nusantara yang kita cintai ini. Seperti halnya pahlawan kita yang berasal dari bumi Aceh , Sultan Iskandar Muda.

KRI SULTAN HASANUDDIN - 366




KRI Sultan Hasanuddin (366) merupakan kapal kedua dari kapal perang jenis Perusak Kawal Peluru Kendali kelas SIGMA milik TNI AL. Nama KRI Sultan Hasanuddin diambil dari nama Sultan Hasanuddin Raja Gowa XVI, dan dikukuhkan dalam upacara adat kebesaran Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan di pelabuhan Sukarno Hatta, Makasar


KRI Sultan Hasanuddin dibuat oleh galangan kapal Schelde Naval Shipbuilding (SNS), Vlissingen, Belanda dan bertugas di Jajaran Komando Armada Timur (Koarmatim) sejak februari 2008. Kapal Perang ini dikomandani oleh Letkol Laut (P) I Gusti Kompiang Aribawa yang membawahi 60 Personel.


KRI Sultan Hasanuddin adalah sejenis korvet kelas SIGMA yang dirancang unik sesuai dengan bentuk dan model Ship Integrated Geometrical Modularity Approach (SIGMA) yang memiliki flexibility dan affordability sebagai kapal patoli yang mampu menembus segala cuaca. Kapal ini memilki kemampuan tempur atau persenjataan terdiri dari Anti Serangan Udara (AAW), Anti Kapal Atas Air (ASW), Anti Kapal Selam (ASW), Perang Electronika (EW).



KRI DIPONEGORO - 365




KRI Diponegoro (365) merupakan kapal pertama dari jenis korvet kelas SIGMA milik TNI Angkatan Laut. Kapal yang memiliki bobot 1.692 ton (1.700 ton) dan kecepatan maksimal 28 knot ini merupakan pesanan pemerintah Indonesia dari pemerintah Belanda dengan harga satu kapal 170 juta Euro atau kurang lebih Rp 2 triliun. Pembuatannya sendiri dimulai pada Maret 2005 dan bergabung dengan Komando Armada Timur (Koarmatim) pada Agustus 2007.


Kapal jenis SIGMA ini merupakan kapal yang memiliki berbagai keunggulan, dilengkapi sistem permesinan dan sistem senjata berteknologi terbaru dengan sistem kendali yang saling terintegrasi. Dengan fungsi asasi yang dimiliki sebagai sebagai kapal AAW (Anti Air Warfare), ASuW (Anti Surface Warfare) dan ASW (Anti Submarine Warfare) serta Combat Management System yang berbasis Tactical Information and Command System yang mana mampu mewadahi C4I (Command, Control, Communications, Computer, and Intelligence).


Korvet atau kapal perusak berpeluru kendali ini nantinya akan dilengkapi dengan sistem rudal MM-40 Block-2 Exocet dan rudal anti serangan udara jenis Mistral versi Tetral. Meriam utamanya berupa Super Rapid Gun Oto Melara caliber 76mm, serta dilengkapi kanon lambung caliber 20mm Vektor G12 buatan Denel, Afrika Selatan (copy dari GIAT M693/F2. Senjata lainnya adalah peluncur Torpedo kelas ringan B515 yang meluncurkan torpedo jenis A-244S Mode-II/MU 90.


Korvet ini telah dilengkapi dengan sistem tempur TACTICOS dari Thales, Perancis, radar utama berupa multibeam surveillance MW08 3D yang dapat terintegrasi dengan Thales TSB 2525 Mk XA IFF combined interrogator/transponder, tracking radar LIROD Mk-2, sistem data-link LINK Y Mk2, Sonar medium frequency active/passive ASW hull mounted Kingklip dari Thales, perangkat komunikasi FOCON (Fibre Optical Communications Network) dari Thales/Signaal, sistem pengecoh (decoy) TERMA SKWS dan integrated bridge system (Integrated Platform Management System) Imtech UniMACs 3000, perangkat Pernika ESM Thales DR3000